AksaraPuisi Sabtu, 27 April 2019. Suatu kata yang berupa pengalaman Oleh luka yang membuat dewasa. Kau bilang langit tidak pernah menangis Dalam pengejaran mu itu. Berhentilah, mengejarku Aku telah bersamamu sekarang Takan pergi ku darimu Seperti yang ada dalam buku dongeng
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menyusun aksara menjadi kata-kataKadang dilupa, kata-kata dibangun dari aksaraKetika begitu banyak bicara, kata-kata telah mendominasi sehingga aksara tak lagi di ejaMenulislah, aksara tak akan dilupaMenulislah, tak akan amnesia aksaraMenulislah, tak akan kehilangan aksara dalam kataMenulis aksaraBicara kata-kataMelukis warnaSemuanya bermula dari aksara tanpa maknaMenjadi kalimat yang terangkai dari kata-kataAksara telah melahirkan maknaAksara adalah ibu kata-kataTelah melahirkan namaHingga bisa mengucapkan kataAksara telah menjadi kata-kataBisa hanya satu suku kataBisa pula beberapa kataKita tidak terus mengeja aksaraKarena tak ingin terbata-bata Sungailiat, 8 September 2019 Lihat Puisi Selengkapnya
PuisiItu Kamu Karena aku suka puisi,maka blog ini ku persembahkan buat kamu yg menyukai puisi,sajak,kata kata indah dan syair para pujangga. Selamat Datang Dan Salam Senja
Tulisan ini sekaligus menjawab rasa penasaran kami, tentang kata apakah yang paling sering digunakan dalam puisi. Data yang ditampilkan adalah hasil dari eksperimen kami secara sederhana sehingga mungkin perlu mengumpulkan sumber datanya yaitu berupa puisi-puisi yang ada di Instagram. Selanjutnya kami rapikan ke dalam text file, untuk selanjutnya kami olah menggunakan bahasa pemrograman mengumpulkan sekitar 116 puisi yang bervariasi dalam hal jumlah katanya. Ada yang jumlah katanya cukup sedikit, juga ada yang banyak. dengan cara yang cukup sederhana, kami mencacah banyaknya kata di semua puisi tersebut. Program Phyton “membaca puisi” dari file teks dan mengelompokkan sesuai kata-katanya. Hasilnya lalu disimpan ke text ini tahapannya. Peringatan bagian tulisan di bawah ini bisa jadi terlalu teknis. Jika ingin melewati, silakan langsung ke bagian hasil1. Menyunting Puisi dari Instagram2. Mempersiapkan Program Python3. Mengolah Data4. Hasil Perhitungan5. Kesimpulan6. Puisi yang DigunakanHanya iniDuka batuan cadasPENGGALAN PENINGGALANINTEGRALHUTAN MANGROVE DAN CINTAKITA TAK PERNAH MENANAM APAAPAPuisi – Kita Kata dan Kota-KotaJudul Sudah HabisMenabungPENERIMAANSir NovemberWarisanSekedar InginTerjatuhPusaka JejakAku Bukan LekukPeninggalanMalamAnugrah TerindahAsapJauh Selepas PagiWarisanTetap sajaWarisan semestaAntaraBocah PetualangMaaf ibuNGARAI SIANOKTebing dan LembahPuisi – Pasti SampaiELEGI UHUDBosanTak MengapaSebaik kata KitaKisah Musafir yang Tersesat 23 rangkap Haiku meranaHamparan HarapBernaungJudul Bentang PemisahMengenangCARA MENDAPATKAN AKUPerihal Dua NamaMemilih JalanDOADALAMNYA PELUKPuisi – Selamat Hari PergiPersembahanJam PasirTenggelamMalam KeruhPerempuan di kerumunan hewanLekuk tangankuTentang RasaSajak yang MawarTETAP dan TERUS CINTA Miles Davis/So WhatRainduPenghambaanKaratBaruKamu dan KematianBebas TerbatasDALAM SEMESTAMURENGGANISPERKUSIONISUCAPANMengutuk GunturKETIKA KAU TERBAKARYang BergolakBiru yang MembiruPENGORBANANAksara pualamAbadiDi Sudut Kota KegelapanSUNYINYA MALAM SEHABIS HUJANSaat ituPagar BesiJANGAN BUKA LEMARI BESI ITU!NapasPuisi – PutusRantai UsangAl-KuhlYang KhawatirOksidasi hatiSepotong lukaAKU YANG LAINKOPERTENTANG AKULahirnya Buah CintaGerilyaPuisi – AmarahRUANG BERSALIN NOMOR 45LAHIRNYA SUMUR AIR SUCIJauh Selepas PagiKauLahir dan MerasaFenomenaBenang KusutLahirSegala Gerbang Menuju AdaKebakaranSang BintangHidup KembaliMENARI BERSAMA Yang Paling UtamaTANGISSeronaSajak-sajakku patahSaya dan Diri Saya yang YANG BARAMengungkap rahasiaMENDATAR DAN MENURUN5W 1HSATU MENDATAR LIMA KOTAK, ALASAN MENGAPA AKU TAK INGIN LAGI BERTEMUBUCIN x CODEMenguapDAN KAU-SEKUMPULAN PUZZLE-1. Menyunting Puisi dari InstagramHanya diperlukan sedikit ketekunan 🙂 yaitu mencari posting instagram yang captionnya adalah puisi. Kalian bisa mencobanya dengan menggunakan tagar tertentu, misalnya puisi. Salinlah ke dalam aplikasi pengolah kata, misalnya Notepad, atau aplikasi yang sering kalian gunakan. Rapikan, dengan membuang bagian-bagian kata yang bukan merupakan pokok juga 7 alasan berpuisiContoh tampilan file teks2. Mempersiapkan Program PythonApakah harus Python? Jawabnya adalah tidak harus. Kalian bisa menggunakan bahasa pemrograman apa saja yang kalian bisa. Bahkan jika menggunakan Excel pun, kami yakin bisa didapatkan hasil yang sama. Kebetulan sudah ada contoh programnya di contoh kode sumber tersebut, hasil yang didapatkan kemudian ditampilkan di layar monitor, sehingga kami perlu menambahkan beberapa baris kode agar dapat menuliskan hasilnya ke dalam file Mengolah DataSebenarnya Python memiliki pustaka yang lengkap yang dapat digunakan untuk sekedar mengolah perhitungan data yang sederhana ini. Namun kami memilih cara lain yang cepat dan tidak perlu koding, yaitu dengan menggunakan yang terdapat di file teks, sudah kami lengkapi karakter ’ sebagai pemisah data. Sehingga tinggal kami olah di Excel dengan fungsi TextToColumns dan gunakan karakter pemisah delimiter tersebut. Kalian tentu cukup terbiasa dengan Excel bukan?Selanjutnya data tersebut kami urutkan. Dari data yang diurutkan tersebut didapatkanlah kata apa yang paling sering digunakan di sample puisi Hasil PerhitunganKami telah mendapatkan hasil perhitungan berupa jumlah tiap kata dalam keseluruhan puisi, termasuk judul puisi. Dalam hal ini kami tidak membedakan jenis katanya kata dasar, kata kerja, kata penghubung, atau lainnya. Selanjutnya kami hanya memilih 20 kata terbanyak penyusun puisi. Berikut ini adalah kata-kata tersebutkaudantakakudalamdenganadaakankitadaripadaadalahituinihinggauntukmenjadihatiataukeDengan urutan dan jumlah katanya sebagaimana ditunjukkan di tabel berikutTabel Kata yang Paling Sering digunakan dalam Puisi5. KesimpulanTernyata kata kau’ menempati urutan pertama. Kata tersebut paling sering digunakan dalam sekitar 7600 kata. Kami tidak begitu meyakini apakah telah terjadi perubahan tingkat kesukaan penggunaan kata dalam puisi, terutama di puisi kontemporer. Dulu, bahkan kata Aku’ menjadi sebuah judul puisi yang sangat legendaris karya Chairil hasil yang ditunjukkan tersebut, semoga dapat dijadikan ide bagi kalian yang ingin membuat Puisi yang DigunakanBerikut ini adalah puisi-puisi yang digunakan sebagai bahan perhitungan jumlah kata iniKemarilah kekasih,Kita tanam tunas cinta dan pohon-pohon kasih,Agar kelak nanti anak cucu kita tak lagi mengenal kata benci,Tak lagi memaki kita yang hanya meninggalkan duka pada bumi manusia yang rapuh penuh lara,Yang hanya berisi sampah-sampah dari pemikir egois negeri,Yang lebih memilih mati muda dengan harta melimpah ruah tapi membunuh sesama,Daripada menua dengan hidup penuh bahagia..Suatu malam di 2019—–bagus_dwianDuka batuan ngarai itu kutanggalkan cerita kelam. Tentang masa lalu yang perih tak berkesudahan. Tentang masa depan yang entah berani kujamah atau sekedar menerka lewat foto-foto yang menyisakan pahit..Luka itu akan selamanya abadi. Tertanam kuat dalam hati. Entah sudah kesekian kalinya aku mencoba melangkah tapi tetap saja urung terbayang luka..Luka kala melihatmu harus meregang nyawa di hapit batuan cadas yang tak berjiwa. Dengan mata kepala yang hanya diam dan pasrah..Dalam malam di tengah sepinya kota, 2019—–racunfrasaPENGGALAN PENINGGALANAngan dan ingin mungkin dilahirkan dari rahim yang samaKeduanya semacam peramal yang selalu bicara tentang masa depanTerjadi atau tidakkah kita tunggullah mereka menuaMati lalu dikuburkan sebadan di pusara yang samaSesuatu yang kemudian tumbuh di atas tanahnyaItulah yang mesti kau sirami terusHingga kau pahamKehidupan selalu butuh diperjuangkan—–jaesk_____INTEGRAL__________Kupisahkan terlebih dahulubenda-benda badaniah yang melekatdalam bilangan-bilangan yang kadang tak selalu terasa meratasebelum kalian memandikan akuuntuk membersihkan konstantayang tersembunyi di dalam tubuhKelak, jika jasadku telah kaliankembalikan pada tempat ia dipinjamnantikanlah sebuah kabar baikyang takkan sampai ke muka pintumudari ruhku yang moksa,diangkat pangkat menuju nirwana__________Kelas Matematika, MANGROVE DAN CINTAcoba kau sibak, pokok-pokok bakau di hutan dalam cinta berlumur, air laut melambat, lumpur-lumpur dan udang hidup sana, akan kau temukan aku, dan cintaku yang tak akan bukankah pantai, adalah tempat kau melabuh kenang aku dalam cahaya, menemukan tanda-tanda cinta yang akan terus-menerus kau temukan selama rhizopora terus November 2019—–artdiantlazuardiiiKITA TAK PERNAH MENANAM APAAPASoe Hok bukanlah kepunyaan kitapun waktu yang kita habiskan dengan berbagai maknatentang perasaan dan kesan telah kita tinggalkan pada sesamaperihal bungabunga yang kita bicarakan di katakata yang tumpahdari bibirmu menuju berbagai muara aksarauntuk menebar angkara atau menyembuhkan yang tau, sayangku?Apa yang sebenarnya kita tujudari perjalanan ruang dan waktuPun berbagai peninggalanyang kita titipkan pada anak sini, sayangkuIjinkan aku malam ini barang sejenakuntuk tidur di pangkuanMengenang tentang apayang tak pernah kita tanamsebelum kita 30 November 2019—–rayottidPuisi – Kita Kata dan Kota-KotaMemang sebagian dari kitaTerdiri dari kata-kataYang berjejer di antarakota-kotaGenggaman tak bisa dibelidengan pulsa dataTatapan mata tak seindahjika berkontak lewat layar kacaCanda-tawa lebih gurihjika tak lewat alat pengeras suaraTapi direnggang gedung-gedungMencipta ruang bagi semestauntuk merumus doa-doabagi mereka yang tak mampu bersua ragaKelak,semoga lekas 30 November 2019—–syams_xJudul Sudah HabisBy Syams-X.“Kita dapat warisan, kan?” habis jawabkuWarisan keramat yang bernama merdekaKakek dan ayah kita yang habis-habisan jagaHabis betulan di telan jelaga perilakuDan mulut-mulut yang terpenjara dalam hiasan caci dan makiBandung, 30 November 2019—–rabakhirMenabungkeping-keping koin yang puisidimasukkan ke dalam kepala ayam berwarna meraholeh seorang anak – setiap hari di sore hariselepas pulang sekolahdi suatu hari di masa yang entahkokok ayam membawa keping-keping puisikepada hati dalam buku yang bertuliskannamamu – atau namaku – atau keduanyatidak ada yang mampu memilihJakarta, November 2019—–lembayungmerah88PENERIMAANAku terimaSemuaTanpa tapiBaikBurukTanpa aduhSeluruh guratanMenyeluruh siratTanpa andaiSesungguhnyaApapun di dunia iniTersusun saling terikatTerkait saling terwarisBandung, 30 November 2019—–teguh_maulana2018Sir NovemberAngka kedua puluh lima telah lewatKenangannya usai masifTahun depan mungkin saja bisa beri selamatAndai usia masih dikandung badan aktifTorehan kecil ini dibuat sebagai pesan ajaibEntah diterima atau tidakHanya hati yang mampu menjawabDi dalam hati satu satunya ada kata telatBagi insan yang berbuatNovember ini jadi alasan kuatAgar hati mantap ingatKekasih gelap dalam taatMeski terjebak sulitNamun tidak ikut karut- 30, 2019—–sheleadartWarisanWarisan menjadi gemuruhdibibir-bibir yang haus harta—–lestari_fa82Sekedar InginDi seberang pulauMenantikan pelukanSedang kau terapung di kesunyian malamSekedar inginLangkahku seperti iniUcap jiwaku pada maklumat yang mengintaiLuruh semerbak wangi bunga bertaburanSekedar inginKau tak tahu pelik dalam diary rasa iniUntuk apa juga kau tahuBahwa sekejap akan berubahWaktu tak akan menunggumu siapKaulah yang harus memulaiSekedar inginWarisan ini akan terus menjalarHingga nadi tak akan lagi berdetakHingga saat itu tiba dengan senyum bahagiaAku adalah akuYogyakarta, 30 November 2019—– menyapamuBerlari sempoyongan, lalu mencelakaimuKau ambruk tak tersadarDan, tahukah kamuIni adalah bagian dari jebakankuKuingin kau jatuh pada ngaraikuLalu, kan kumandikanmu dengan kasihkuMadiun, 29 November 2019—–kaharirianPusaka JejakTemaram yang merambat pudar menembus juga hari-hari yang menyisakan nostalgi sepanjang perjalanan catatan harian yang apikTulisan menyisir baris halaman,Meniti bait-bait homografLalu mewasiatkan kata pada kalimat pusaka yang sakral Kerinduanku tertuang dalam goresan tinggalankuPalimanan, 30 November 2019—– Bukan LekukSaat bising-bising itu menyesatkanmuLalu menelan matamuDan kaupun hanya buntuKompasmu tak berjalanPetamu koyakMata angin tak beraturanDan, kau menderap padakuMeninggalkan jejak jemejak ruat, ruam, dan rusakTapi lekuk tubuhku, bukan lekuk jalanan Aku tak bisa ditempuh banyak orangMadiun, 28 November 2019—–poetriazelaPeninggalanAku gila belajarAgar ilmu mengalir seperti airSinggah di tempat yang butuhHingga menyebar tanpa jedaHanya ilmu peninggalan yang layak untuk manusiaHarta bisa membunuhHarta bisa melupakanIlmu berevolusi bersama zamanIngat ilmuwan zaman dahuluManfaatnya mengalir hingga hari iniBerubah mengikuti zamanIlmuwan hari ini berinovasiJika nyawa sudah kembali ke haribaan TuhanNama akan mengabadi, ilmu terus mengalir-AzelaisLubuk Alung, 30 November 2019—– tak kunjung masuk rumah dan memanen mimpiBarangkali kau masih disibukkan oleh degup-degup malam yang lebamYang sejenak mendudukkanmu di teduh bintang yang kelaparanKau berlari menjejaki air mataMengejar lentera kecil yang berseliweran-Aku adalah kunang-kunang di latar pikiranmuyang tercipta dari gemuruh-gemuruh rinduMadiun, 27 November 2019—–rahmahmursalimAnugrah TerindahKepada bumiTerima kasih untuk alammu yang membentang luasDengan hamparan keindahanTerima kasih untuk lautmuYang menghidupkan biota beraneka ragamIzinkan aku menjadi sebaik-baiknya khalifahDemi menjagamu keasrianmuDemi menjaga alam yang telah dititipkan Sang Maha PenciptaTegur aku jika suatu saatTanganku merusak segala kesuburanmuKelak,, jika masaku denganmu berakhirSegala bentang mu akan kutitipkan pada anak-cucukuAgar menjadi cerita perihal anugrah yang terindah—– tajam selalu menabrakmuRibuan kata jatuh, sakit, lalu matiAsap-asap sesak, asap-asap luka, dan asap-asap kebencianTertebar lihai penuh kepuasanKita semua sedang dibunuhOleh pembunuh yang juga membunuh dirinyaTapi, seribu maaf seribu tolakAku tak ingin mati bersamamu, aku tak ingin mati karenamuMadiun, 25 November 2019—–yut_aisJauh Selepas Pagijauh selepas pagisedaras mantra ayahmengalir padatubuhku yang lekas mekarmenjadi pemberkat dalam hidupkujauh selepas pagiayah memberi isim yang indahlalu menghablurkan ke segalanyauntuk hidupku—yang bersembunyi selama hidupnya2019—–perempuanbumiWarisanKarya DindaraIbu dan ayah mewariskan cinta dan kasihKepada anak-anaknyaMelebihi dari apapunYang paling berhargaBukan hanya kecantikan dan ketampananTetapi budi pekertiYang melekat di hatiSampai akhir hayat nanti;Warisan yang tak akan ada habisnyaDimakan usia dan masaGarut, 30 November 2019—–perempuanbumiTetap sajaKarya DindaraMendaki berduaMelewati rintanganMelewati gunung-gunungDan menyebrangi lautanNamun, tetap sajaJika perasaan tak saling samaTidak akan ada sebutan “kita”Dalam setiap perjalanannyaGarut, 29 November 2019—– semestaEntah kekar atau gemulaiWarisan itu harus kau jagaEntah berhijab atau bersarungWarisan itu harus kau bimbingKetika semesta percayaMemberimu warisan yang amat berhargaDetik itulahWaktumu, tenagamu, dan bahkan hidupmuBertanggung jawab pada arah langkah warisan semestaNovember, 2019—–perempuanbumiAntaraKarya DindaraKau berdoaMenengadahkan tanganDuduk diatas sajadahDi antara dua lipatan kakimuMenutup mataDi antara malam yang panjangYang selalu kau idamkan disetiap malamnyaDengan perasaan yang sudah tak lagi remukGarut, 28 November 2019—–anugrahprasetya_Bocah PetualangKau adalah pemandu yang mengajakku tersesat dan hilang. Dan, aku seperti bocah lugu yang mudah kau dari dua telaga indah di wajahmu dan ilalang-ilalang yang menyembunyikan seperti bocah yang berenang di airnya yang pada goa yang bersuara; mendesah atau berpuisi. Kau beberapa kali mengulumku di sana. Seperti permen di mulut berjalan di celah tebing dadamu. aku berpikir aku akan betah berlama-lama di sini. Dinding-dinding tebing ini lembut dan hangat. Aku ingin terlelap seperti bocah yang lelah habis bermain sepanjang hariSampai, kau mengajakku tersesat di hutan dan sebuah jurang menungguku di dalamnya. aku menatap kegelapan seperti bocah yang tegang karena ketakutan.“Ini lebih lembut dan hangat dari tebing yang baru saja kau tinggalkan, sayang.”Kau mengusir bocah dalam tubuhku – Menyisakan ketegangan?— Kau mendorongku masuk ke jurang itu. November 2019?Anugrah Prasetya—–nanafirmansyah16_Maaf ibuAda ngarai dilekuk pipimu ibuSaat aku jauh dari inginmuMelepaskan semua harpan ituKhalayaknya debuMaaf jika aku telah menjadi pisauMengiris-iris tipis hatimuMenusukannya kejantungmuTapi itu bukan inginkuSikecilmu ini ingin dekatMasih ingin mengeja hurufAtau menyusun fuzzleDan Mendengarmu bercerita—–dinimizaniNGARAI SIANOKdi kedalaman matamu yang ngarai, telah kau bentang segala lukisan yang kanvasnya adalah perjuangan menakluk patahan dan lembah memiliki cerita yang iramanya mengusung rinai dan menyinsing sunyi. uir-uir bersahutan menyingkap jauh di hulu, gelombang tak henti 29 November 2019—–kaharirianTebing dan Lembah–Aku lejar merayap keteguhanmuMemanjati tebing-tebing batu curamJurang nyatanya sebuah lembahan yang langkah kulajuHingga kakiku terseret cadasDi antara keringat dan getirkuTebing curam hanya menyimpan keteguhanmuAku lejar menggoyah kerasmuMenggegam dinding dan celahPijakanku telah menggoyah hati dan asakuLangkah masih kulajuTapi ngarai membentangkan keluasanDari kedalaman tak bisa kurayapi lagiCatatan nyatanya sebuah elegi yang menahanku–Palimanan, 29 November 2019—–rayottidPuisi – Pasti SampaiKau menyusuri hilir sungaidiapit dua curam tebinggurauan kehidupanSesekali batu memberi diri,merayumu,menjamu dirimuagar kau lekas berhentiTapi tiap lipatanmu adalah besiSedang gerak-gerikmu adalah apiKau pasti!Embusan angin pula mengaminiManado, 29 November 2019—–artdiantlazuardiiiELEGI UHUDKau telah tertidur, di dasar ngarai Uhud yang panas mengganas. Bergegas sekelompok burung Nasar, asik mematuk-matuki matamu yang tak peduli kecewa, telah membatu di dada. Seorang perempuan gila, memakan jantung beserta rasa sesalmu yang sekejap lalu tangan ringkihmu hampir menggapai menang, namun harta benda menggoda nafsumu tak hadapan segala yang berkilauan, kau coba peluk semua kejayaan. Rakus telah kuasai dirimu luar dalam, membuat matamu buta akan segala siapa sangka, ratusan panah berbalur kutukan mengubur mimpimu kini, malaikat maut telah menunggu di gerbang penyesalan. Dengan lesu kau berusaha mencari jam pasir pemutar waktu, tapi yang kau temukan hanya kenyataan saat ini bukit Uhud dan seluruh penghuni telah jadi saksi, tentang dukamu yang abadi sepanjang 29 November 2019—–ekadrienasariBosanKau dan aku tak lagi bersuaraSebab teriakan telah habisKini kita terdiamDengan pertanyaan bermunculanKemana rasa akan terbawa?Akankah kita tetap memaksa?Celah di antara kita sudah seperti jurangMenganga lebar tak dapat masih dapat kita rekatkan?Sedang rasa sudah terkikis MengapaTak mengapa sendiriDalamnya jurang tak akan membinasakanmuSelama terjalnya bebatuan justru membantu menguatkan akarmuSedang bunga-bunga bebas mekar bercanda dengan kesabaranDengarkan sajaKidung alam di antara kicauan burungAtau senandung perdu di sekelilingmuHari masih panjangMatahari esok masih bersinar terangTetaplah tumbuhTetaplah tangguhTak mengapaJambi, 29 November 2019—–lestari_fa82Sebaik kata KitaMengembara asa menua dalam langkahKita hanya ada satu PenciptaMenerawang hingga kepelosok jumpaBagaimana dengan rasa yang berselimutHendak jalan terjal berliku dan ngaraiTebing menjumpai segenap anganKau berdiri dan rasakanKita adalah makna dalam satu arahSebaik kata kitaCuram pada setiap kataMembangunkan kisah penuh maknaDi atas puncak berbatuanKau saksi pada jejak-jejak yang melekatYogyakarta, 29 November 2019—–rabakhirKisah Musafir yang Tersesat 2aku terus berjalan melanjutkan perjalanantanpa henti dan jemu sampai aku menemukansebuah ngarai yang kedalamannya adalahpuisi yang maknanya tak dapat ditebak mataaku yang musafiradalah pembaca yang tak inginmelewatkan barang satu kataaku melompat pada puisimu yang ngaraitak ada apa pun yang kutemukan kecualijiwa yang kau tinggalaku memeluknya erat-eratkini kita tersesat berduatak ada yang dapat menemukansebab katamu telah menjelma kisah mistisyang mencegah orang untuk berjalan mendekatTangerang, November 2019—–iq_risfandi3 rangkap Haiku meranakekasih datangketika jiwa rawanterjun remukdi dasar ceruk dalammalang tak asmarahilang tidak terbilangmenjelma 29 November—–rahmahmursalimHamparan HarapAda hamparan terbentang dihadapkukutatap luas pada ketinggianAda harapan tersimpan disanaIngin ku rengkuh ketinggian ituTapi aku takut akan terjatuhPada dalamnya jurang takut tethempas kuat lulu sakit tak berkesudahan—–teguh_maulana2018BernaungTatapan tajam menelisikMencari suara bersahut sahutanMimpikah ini sementara berdiri bulu kudukMencoba meraih sebatang ranting yang terdengar lagiNamun angin yang menyelinap diriPasang kuda kuda bila perluMenanti dan tengadah sempurnaPasang semua indera berpunyaTidak ada apa apa ternyataHanya alam liar tak percayaBahwa ini yang ada di depan mataSatu satunya yang terciptaDi bawah indah alam suakaSeribu makna terpendam sudahBaru terasa ada didalamnyaNgarai bukan 29, 2019—–syams_xJudul Bentang PemisahAda ngarai di antara kitaTerbentang dari sketsa ucap pesimismuJuangku menjadi serpihan tinta tak berwarnaKusam, muram, dan pupus di telan kanvas egomuMengapa engkau menasbih menjadi esensi nyataSeolah imaji cita yang kurangkai adalah kekonyolan belakaSampai kapan, cinta?Kau biarkan bentangan itu memisah kitaSeolah aku seorang Edolas, dan kau putri MagnoliaBandung, 29 November 2019—–poetriazelaMengenangSegar mata memandangSejuk udara menyapaNamun, pilu hatiMengiris mengingat masaIni tempat sungai darahNyawa melayang, jasad terbengkalaiKejam tangan para penjajahMenoreh pilu hati si pendengar sejarahTebingnya cantikDedaunan hijau segarTetapi cerita tetap perihKejam tangan penjajah di tempat indah . Alung, 29 November 2019—–lembayungmerah88CARA MENDAPATKAN AKUAku tak rumitTak membuat sulitJika kau bilang aku tak tergapaiMungkin kau salah dalam cara mengupayakanJangan kau daki, cinta milikku tak tinggiJangan kau panjat, cintaku tak curamDekap aku dengan pandanganmuNikmati setiap akuDengan sendirinyaAku akan termiliki olehmuBandung, 29 November 2019—–yut_aisPerihal Dua Namaakuadalah perihal dua namaperinduyang sedang menunggudi tebing senyum kecilmudanpecintayang ingin mendudukijurang di hatimu2019—–rabakhirMemilih JalanJalan yang berkelok adalahjalan yang penuh rintang adalahjalan menuju TuhanSebagaimana ombak yang tinggi adalahOmbak yang kita hindari adalahombak yang disenangi pelancarMaka bagaimana caramu menuju Tuhan?jika jalan yang kau pilih adalahjalan yang lurus-lurus sajaTangerang, November 2019—–eddy____supDOARabbsebelum keningbenarbenar heningdan heningbenarbenar keringlesakkanlah cahaya-Mu ke dadakuRabbsebelum rongga itumenelankudan batubatutidur di tubuhkurubuhkanlah istana di kepalaku.2019—–artdiantlazuardiiiDALAMNYA PELUKButuh waktu lamauntuk sampai ke tempatmupenuh lika-liku lubang sialandengan berbekal penuh kesabaran,penuh luka-luka dalam perasaanserta semangat yang hampir retasdi beberapa perhentianLalu di tujuanku yang sunyikau hidangkan segelas rinduakan segarnya susu ibudari balik dada yang kau sembunyikandalam gelapnya ruangSedangkan pemuda pemudibermain di atas bebatuantak peduli akan pelukan teduhyang kau tawarkan“Ijinkanlah aku menelusuri lekuk tubuhmu yang telanjang.”Seru permintaanku yang lancang,namun tak kau permasalahkanDengan kasih sayang penuhkau menuntunku dengan seluruhmasuk ke dasar pelukmu, tenggelamdi kedalamannya jiwaku istirahatdengan tenang, lalu hilangKotabumi, 28 November 2019—–rayottidPuisi – Selamat Hari PergiLubang di hati disiramihangat rindu susu coklatdi pagi hari dari yang telah pergiSebilah pisau menyalamikue tar yang diam sendiritanpa nyala lilindan embusan doa-doa umur panjangyang terucap di dalam hatiTali-tali mengikat balon-balonmelayang bersama kenangantentang hangat peluk pertamaseorang wanitaPutih gula berserakan di cekung bibir,menunggu tangan tua mengsuapair mata yang jatuh karenaditarik paksa oleh tarik-embusnapas yang menyingkap mantra“semoga kau tenang hidup di alam sana”.Manado, 28 November 2019—–fithrisuffiPersembahanKeluk, lekuk abadiTerpahat, terpatri sejatiDalam kilas perjalanan sejarahTentang sebuah persembahanMaharaja menurunkan titahSesembahan di gelar di atas altarBerharap sang dewi pasrahMenghamba dirinya selesai fajarTetiba terdengar jumawa suara sang jagoDi antara tabuh antan bertaluSambil melempar jauh sang egoMaharaja luruh tertunduk maluJambi, 28 November 2019—–teguh_maulana2018Jam PasirIndah terlihat bedaEnak dipandangAnggun bermaknaAsyik sesekaliItu dirimu nyataNamun hati kecil menolak permisiHarusnya tidak dirumahJangan diumumkanBuat yang di hati lebih indahItu mau pribadi bukan untuk orang 28, 2019—–syams_xTenggelamaku tak mau melihattakut terjerat seperti mutiara katadan manuskrip elegi zamanyang tenggelam termakan syairnyaAku tak mau mengecapwaktu mungkin berpindahtetapi hasrat masih tertawatanpa pernah terbawadi sana dia menikmati setiap gurat nakalnyaBandung, 28 November 2019—–fithrisuffiMalam KeruhKetika langit melipat siangDan menurunkan jubah kelamAngin mendesah resahMenghempas tubuhnya di atas samuderaGemuruh ombak saling dahuluMencapai tepian pantai yang menanti dengan tabahPada suatu malam keruhAku menyimpan peluhDalam sebait goresan lusuh—–bagus_dwianPerempuan di kerumunan hewanLekuk tubuhmu menggodaMata-mata keranjang yang siap menerkamMenarik mulut-mulut penuh caci makiBerlagak paling suciLekuk tubuhmu menggodaMata-mata yang meraba tiap inciTangan-tangan yang menggambar dalam awangMulut-mulut yang siap melecehkanLekuk tubuhmu menggodaBegitu indah tapi dijelajahi tiap mataBegitu menawan tapi menjadi gunjinganBegitu sedap dipandang tapi menjadi bulan-bulanan manusia bernafsu hewanBetapa malangnya perempuan di kerumunan hewan..Sidoarjo, 28 november 2019—–lestari_fa82Lekuk tangankuSedari hebis menenggelamkan seribu alasan di perbatasanKau hinggap seperti kupu-kupu yang elok dipandangSajak yang berkabung menebarkan perbukitan nyataLekuk-melekuk sederet asaBertabir dalam melodi kelam hendak hinggap dan menempati ruangSinggah kau dalam perumpamaanBagaikan awan bergerak secara perlahanLekuk-melekuk sajak beriringanTiada tau pasti apa maksud alam semestaLekuk tangankuGenggam segala warna pada mataSinar melekat berbisik pada sunyi yang menerpaYogyakarta, 28 November 2019—–rahmahmursalimTentang RasaPerjalanan kita kala ituKurangakai kata demi melanjutkan aksaDemi menemukan sebuah ceritaPerihal langkah yang menggejolak pada hatiLekukmu yang menghangatkan nalarkuMengundang syahdu pada akal yang tak mampu kutepisTolonglah, jangan dulu menuai rinduTentang temu yang tak berkesampaian—–nk_adahSajak yang MawarLekuk daunmu begitu hijauBunga putih mengundang kesucianAroma merduTertanda sajak yang mawarBandung 28 November 2019—–iq_risfandiTETAP dan TERUS CINTA Miles Davis/So WhatAcapkalirindu itu kukejarlindap dan inap di lekuk masih saja abaipada kobar asmara nantikau segera kudatangisebab ladang ku bermihrab tepat di lekuk akan tetap buaipada akbar asmara penghabisankutekan minor nada perlahanmasuk dalamdalam pada liang peranakansiap kau simpan hingga sembilan bulan ke siap siagaberada tepat di sampingmu 28 November—– lembut mulai menyapaSeperti janji pada semestaMeski kadang hadirnya tak terdugaAku datangIa pergiAku berlariIa diamTak berkutikSegala hal yang lalu datang menyapaAku harus apa ?Sapa tak lagi nyataRindu hadir tak terdugaJatuh lembut perlahan deras tak terkiraAku bisa apa ?Selain menerima dan menikmatinya2019—– layu pilu membiruKain digelarKhusyuk mengumbarKetika hingar bingar datangSecuil rayu bentuk penghambaanpun tak lagi terdengarGemerlap nyatanya menyesatkanSedang sunyi seringnya menenangkanPada titik rotasi bumi bervolusiSeorang hamba hanyalah hambaYang datang kala susah menyambarDan hilang saat gemerlap diumbar—– melekatHitam legam jadi tak bermartabatSia-siaKuat tak lagi kokohMeniung namun tetap dibuatAnehKuningHitamKokoh—– tuan untuk diri sendiriMenguatkan azzamMengibarkan bendera perangLelah harus kau laluiKata orang harus kau acuhkanPerihal menata hatiKau paling tahu dirimu sendiriBaruBukan hal eksistensiBukan pada keriyaan hatiBaruUntuk tuan yang lebih baik dari yang lalu2019—– dan KematianEntah diangka keberapa kita akan kamu atau kematian yang ku jumpa terlebih sama, akan membawaku ke fase sama, pernah ku damba kala putus aku sadar~Keduanya pun sama, perlu banyak persiapan sebelum kamu atau kematian yang ku jumpa diwaktu yang tepat aku sudah siap untuk melangkah ke fase selanjutnya. .Bodeh, 6 Januari 2018—– TerbatasPada dinding-dinding suramAda lagam yang tak bisa dipahamiDi atas langit-langit kamarAda sinar yang enggan menembus barang setitikSepanjang kalimat terangkai jelasJeda penghubung menjadi batasBatas jelas tak jadi tampiasJeda menjadi bebasBebas memberikan kata hingga menjadi makna2019—–lembayungmerah88DALAM SEMESTAMUKugamit lekuk ituMeraibkan akalDisaat deru nafas menjadi tuanDan cumbu menjinakkan berahiKuciumi setiap inci garis lekukSorot tatap syahdu menelanjangi jiwaSenyum memanjakan biarDesah rayu irama pengantar jiwaNona, di dalammuAku karamBandung, 28 November 2019—–kaharirianRENGGANISKita beranjak dari kejumudanYang tersisa dalam sebuah jejakDari yang tertutupiPadang ilalang kecoklatanKeringatmu bercucuranDi antara cemara cemara keringTanda panah mengarah ke sebuah lekukanMenyeret langkahYang terbebani kenanganDalam dinginnya malamApi unggun menjadi penghangatDi tengah rimba kesunyianDan kedinginanKe relung tulangTak ada yg perlu disisakanKecuali jejakSementara kitaTak perlu mengubah arah kompasDengan mencari punggungan lain Pada saddle dan kerapatan 28 November 2019—–jaesk_____PERKUSIONISPada gelaran orkestra alambertajuk simfoni musim hujan,berbekal stik dan malletaku dan petir ambil bagian sebagaipenggawa penyemaraksekaligus pengatur tempodi belakang drum, timpani, dan simbalTaman Ismail Marzuki, lembayungmerah88UCAPANKau lempar!Tepat menepatMenghujam nadiMengalir merasukMeracuni seluruhMenjejak tak matiMelumpuh sukmaBergemuruhMurka milikmuBandung, 27 November 2019—–rabakhirMengutuk GunturIndahpada malam yang mendungkau adalah gunturyang sebentar datang dan sebentar pergisuaramu yang guruh-gemuruhmemekakkan telinga yang sunyiwajahmu yang kilat-mengilatmenyilaukan mata yang gelapaku yang berusaha menemuimupun terjungkal kala membuka pintu, akumelihat bayi yang puisi menangisia ditinggal ibu, ia menggigilbelum diberi majas dan asi, si bayi sudah disapihtak ada judul atau pun tanda nama yang tertinggaltak tampak niat mengendapkan apalagi membesarkandadaku menyuarakan gemuruh yang marahmalam itu aku mengutuk gunturyang sebentar datang dan sebentar pergiTangerang, November 2019—–eddy____supKETIKA KAU TERBAKARsepasang matamu yang pisauitu menyalamembakar kotakotadan hutanhutan di dadadi hadapanmu semua yang di kepalakuadalah genderangdan hanya ada satu jalan pulang diam.2019—–syams_xYang BergolakRiak bunyi dari nestapa kabutYang teriris embusan pekatMenyeringai meminta tahtaGemuruh pepohonan melontar protesPada ujung alir sungai yang kehausanMemohon pamit tak lagi merindukanRamai sudah pergolakanApalagi tetangga, denyutnya semakin menggilaTakut embusan tak lagi menyapa dahaga nyawaBandung, 27 November 2019—–rahmahmursalimBiru yang MembiruWajahku mendongakKutatap langit yang angkuhAda biru yang syahdu di sana, sedang tertawa seirama awan putih nan indah .Kulirik jauh kedepanPada gemuruh ombak menghantam karang di pesisirPun sama, Ada biru di sanaSenada dengan untaian gelombangnya .Pada biru yang membiruSesekali kita perlu mendongak keatasAda Yang Maha Kuasa disanaTempat segala doa di panjatkanSesekali juga kita menatap lurus kedepanPada hamparan laut nan indahAda harapan disana, menanti di ujung dermaga tentang rindu tak berkesudahan.. .—–lembayungmerah88PENGORBANANAku kelopak kamboja keringMati di keranjang sesajiYang padamu aku serahkan seluruh wangiYang padaku kau tetap membatu diam berdiriBandung, 26 November 2019—–iq_risfandiAksara pualamKau membatuBersama datu-datuDemi laku luhurJuga kebun ladang merajukDi dalam janji mulukDemi bebas tanah airDari kesumat raja-raja 26 november—–bagus_dwianAbadiAku masih saja memandangmu. Entah sudah berapa ribu kali aku memandang, bukan bosan yang datang. Tapi ingatan tentangmu yang selalu adalah candu yang tak bisa kusangkal. Sejak saat itu diam-diam kupahat arca tentangmu didalam hati perlahan tapi pasti. Kau menjelma menjadi monumen paling berharga dalam hati. Mungkin karya terindahku perihal nanti, entah kita bisa berjalan bersama atau mengambil langkah yang berbeda, kau tetap menjadi yang terindah. Karena kau adalah monumen abadi yang tak akan lekang oleh waktu yang 26 november 2019—–nk_adahDi Sudut Kota KegelapanTempo mereka berangkat ke perayaanSang teladan lekas memusnahkan reca amatiranManusia mengada-adakanKebodohanMendewakanSuatu objek keabnormalanSungguh kesombonganAlangkah celaka kebatilanMudah-mudahanTerhindarkanKelemahanSyetan yang saling berbisikanBandung 26 November 2019—–nk_adahSUNYINYA MALAM SEHABIS HUJANHirup aroma hujanDinginBerakrabkan oksigenMalam yang kehilangan bulanSang bintang pergi beralasanSampai disini tak ada kebisinganApalagi comelanTiada lagi seharianBandung 25 November 2019—–lestari_fa82Saat ituTerkikis dalam gelombang lenyap tak lagi berkutikMenari dalam sayup kutub yang terjeratSeperti rantai ituTerikat dan akhirnya karatSaat ituKita pun akan menuaLayaknya rantai ituSelagi masih menyatuKita akan terikatBiarlah bertumbuh dan berkembangKita tak bisa berhentiMenjedah sesaat waktuKita tetap beranjakYogyakarta, 25 November 2019—–rabakhirPagar Besiaku adalah pagar besi yang menjaga rumahmu;dari anak yang bermain petak umpetanjing yang mengejar kupu-kupumaling yang gemar mencuritak ada yang boleh mengotori rumahmusebelum kau kembalidari tempat persembunyian dibalik pundak kekasihyang entah kapanaku adalah pagar besi yang terus menjaga rumahmu;dari hujan dan angin yang cemburudan terus mempercepat karat merayapi tubuhkuaku akan terus menunggumutanpa tahu kapan kau kembaliDepok, November 2019—–artdiantlazuardiiiJANGAN BUKA LEMARI BESI ITU!————————————————“Jangan buka lemari besi itu!”————————————————Pesan dariku,untuk siapa saja yang coba mengorek kegelapandi balik sisi lain dirikuSebab di dalamnya ada sekerat hati berkarat,tak lagi terjamah perasaan hingga membiruDalam udara busuk yang pekat,menunggu di santap oleh sang waktuKotabumi, 25 November 2019—–anugrahprasetya_NapasAku memasuki hidupmu bagai oksigen saat kau bernapas. Tarik perlahan – hembuskan perlahan. Menjadikanmu tenang. Begitulah yang aku inginkan berguna setelah kau tenang. Aku menjadi karbon dioksida dari hembusan napasmu. Menyebar bersama udara – entah ke manaJakarta, November 2019?Anugrah Prasetya—–rayottidPuisi – Putuspagi tadicinta bicara soalmelepaskan,dan dilepaskanmenyebar ia ke udarabertemu denganluka,dan dukasenyawanya telah meleburmencipta sebuah hal barudua centang birudi percakapanwhatsapp-kuManado, 25 November 2019—–fithrisuffiRantai UsangKemarin kita bertaruhTentang berapa lama belenggu ituMampu menahan kitaAngin mengacaukannyaHujan mengacaukannyaPanas mengacaukannyaBahkan debu pun ikut mengacaukannyaMakin lama rantai itu makin usangBerkarat akibat korosi yang berlarutNamun tak satu pun dari kita mampu melepaskan simpulnyaEntahlahJambi, 25 November 2015—–teguh_maulana2018Al-KuhlBagaimana mungkin tidak terkena akan hadirmuSelalu saja muncul di benak seringBerseliweran bagai debu debu terombang-ambing angin laluSedetik melintas semenit kemudian muncul tak mengapaTetapi diri ini berbeda rasaMampu membakar dengan mudahHadirmu pigmen dalam satu hariVitamin jiwa semoga sajaBisa menjadi racun tubuhDengan rantai pendek normal cairan bening mudah bercampurMakin sulit saat panjang rantai atomnyaHingga Lima sampai sembilan jumlah atom C seperti beda hukum Vladimir Markovnikov di reaksi adisiAda pula Aturan Saytseff dalam dehidrasiAtau atom dari RutherfordBisa juga sinar-X Wilhelm Konrad Rontgen sifatnya tidak tidak tahu formula apa agar jauhi darimuBersenyawa dengan siapa agar terselamatkanReaksi mana hingga aksi redam selesaiAtau harus kumulai cari unsur yang awalSehingga aku mampu menjadi zat kimia yang 25, 2019—–syams_xYang KhawatirBunga-bunga di taman khawatirPatung besi tua di ujung kota sudah sekaratHamparan debu karat mulai menyelimutinyaSepertinya kepingan angin dan gerigi zaman bersekongkolBegitu pula dengan kekhawatiran senjaDi setiap waktu menggulung diri pada suatu hariDia selalu pucat pasi melihat generasi yang menyepiPundak-pundaknya tak sekuat sang kakekYang mampu menopang laut, gunung dan langitDarah-darahnya terhenti membawa kabarLangkah-langkahnya terhapus pekikan ombakTatapannya terikat di sudut samarPropaganda rasa mengubahnya menjadi tak berjiwaHanya bisa melukis senyuman dan retakanDi pelipis kabut kepalsuan untuk esok yang terabaikanBandung, 25 November 2019—–bagus_dwianOksidasi hatiAndai kita tak pernah bertemu mungkin aku tak akan seperti ini. Menunggu yang tak pasti adalah hal yang paling kubenci. Tapi entah kenapa menantimu aku mau. Padahal aku tau, kau sama sekali tak bisa ku genggam seperti gerimis yang turun di tanah gersang. Yang jatuh tak menyisakan hari renjana seolah menggebu dalam hati. Dan malam adalah waktu terbaik untuk mengenangmu dalam keheningan abadi. Mengais sisa-sisa kenangan indah bersamamu yang selalu terbayang dari petang hingga pagi untuk beberapa waktu, hati akan baik-baik saja. Tapi, hati juga memiliki rasa. Dia ada karena cinta. Yang kutakutkan bukan bosan, namun hati juga bisa lelah, merasakan oksidasi, berkarat dan biar aku saja yang mengenang atmamu lewat malam-malam panjang bersama rindu yang tak kunjung 25 november 2019—–rahmahmursalimSepotong lukaPada hati yang perihPada nalar yang berkawan egoAda luka yang mulai buramTentang sakit yang perlahan memudarIa lebamBagai biru yang terangAda secuil nanah yang menuntut dihapuskan. .Kau rasa perihnya?Bagai lapisan kulit yang diserabutiDari daging dan tubuhnya—–lembayungmerah88AKU YANG LAINDia si perempuan ituMembalur luka dengan kata kata tangguh berbau busuk kemunafikanTernganga semakin lebar koyakan amis terbiar biarSi perempuan ituMenyingkap lubang lubang berisi nanah agar dirawat alam semestaHarapannya satu, angin malam milik tuhannya dapat berubah fungsi menjadi penyembuhPerempuan ituKaku tergeletak mati di bawah sorot lampu jalan sudut kotaDengan karat menutupi luka, dengan jasad erat memeluk bangkai harapBandung, 25 November 2019—–aldrifajarKOPERderu mesin bis antar kota antar provinsi membawa bapak ke tiap limbung jalan kelok menjauh dari pulang. di koper bapak telah kemas bisnis segan berkembang dan penyakit kronis. tak ada foto keluarga bisa disimpan dalam koper nan lembab yang kian digerogoti di gerigi ritseleting, sebab bapak menyeret–koper dan isinya–setumpuk karat beroda//betapa kenangan mudah diuap udara harap masih ada yang membeli setumpuk luka bernanah//karat yang ditinggal AKU yang mencintaimu dalam sendirikuIni tentang aku, seorang yang kau kenali di padang savana sedang menorehkan luka di punggungnya yang sepiAngin kala itu menghembuskan berita kepadamu melalui rumpun bambu bahwa akan ada gelontoran air mata menyeberangi padang padang resah yang akan menjelma oase kesunyian; itu air matakuIni tentang aku, seorang yang memaksamu mencambuki langkah sepanjang dataran berbatu hingga luka mengelupaskan kulit kakimu yang tergilas keingintahuan tentang siapa dia yang berniat memadamkan hati bersamaan dengan matahari memadamkan dirinya senja ituSeorang engkau berlarian menyunggi ribuan tanda tanya sebelum akhirnya sampai di padangku yang temaram“Sebaiknya kau lepaskan gulanamu sebelum kegelapan tak menyisakan apa pun selain kemarung duka. Masih ada aku yang kelak mengganti sahara debu yang bertanggalan dari manik matamu dengan sejumput harapan bahwa hidup masih layak kau nikmati”Ini tentang aku, seorang yang gemetaran saat gemuruh kata katamu meledakkan semesta kehampaan yang sekian lama beranak pinak dalam batinku yang perdu hingga berguguran kepedihan yang bersenja senja menancapkan taring di prahara sukmakuDuh, alangkah manis mencucup segala yang hidup; begitulah engkau di matakuIni tentang aku, seorang yang terkesima pada keluasan hatimu menampung diriku yang begitu pekat hingga kuizinkan diriku menangguk anggur asmara yang kau sodorkan sampai aku linglung mendapati diriku telah rebah di pangkuan asmaradanaIni tentang aku, seorang yang mencintaimu dalam sendiriku. Berharap waktu meluangkan diri menyatukan jarak kita yang kerap tersekat karena kini tak sempat lagi kau tembangkan sayang dari mulutmu yang beraroma rindu dan tembakauIni tentang aku, seorang aku yang mencintaimu begitu sungguh—–perempuanbumiLahirnya Buah CintaYang memandang penuh lekatDi mata penuh cintaRangkaian rasa menjadi samarTubuh mungil yang bersinarMenghiasi kehidupan yang sebelumnya padamDengan lentera cinta yang dilahirkan kembaliKepada Tuan dan PuanYang saling melengkapi;Lahirnya buah cintaGarut, 24 November 2019—–yeyenwidiyawatiGerilyaBola mataKanan kiri mencari cariGerangan yang ingin dijumpaiTercekatNamanya dipanggilTerhentakBangkit dari kursiIa hendak berdiri menanyaiBagaimana rupa diri yang ia nantiTerlupa bahwa kantung matanya telah bergelambirAda sendu ditahan sedari tadiMaaf,Tuhan berkehendak lain!Ia pergi di hari lahirnyaMenutup angan di kepalanyaSia-sia pula November 2019—–aldrifajarAWAL MULA ADALAH BUNYIdentumAwal mula adalah bunyiTuhan denyutkan sulutpada hulu ledak menjangkaugaung menuju gemaSemesta masih kental kalabuih meluas hingga ruang menghampakecuali debu yang ramaihantamAwal mula adalah bunyiBapak layangkan pukullalu tangis pecah menjangkautempurung menuju pinggulSemesta terpantik di benak kalaanak merekam hingga lelap merawatkecuali dendam yang terjaga2019—–rayottidPuisi – Amarahditanamnya murkapada turunannyasendiridipupuk nyala-nyala itudengan hentakantamparandan tendangansepuluh-dua puluh tahunsetelahnyaapi merah itu mekarmenghasilkan memar-memardi lingkungan sekitarManado, 24 November 2019—–artdiantlazuardiiiRUANG BERSALIN NOMOR 45Sebuah kamar hijau di pojokan rumah sakit bernomor empat puluh orang berbondongbondong di depannya,ingin mengucapkan selamat datang atau ingin minta di aku tak tau apa saja motif dalamnya ibu berbaring di ranjang besi yang berbunyi memanen buah hasil dari bercocok tanam dengan ayah tak tau itupun mencari ayah,namun dengan nama yang berselang lama terdengar tangisan bayi dari balik perawat mulai hilir mudik mengucap mereka yang sedari tadi menunggu dengan waswas,sekarang berebut mencarikan nama adapula yang masih ingin bayi yang kebingungan pun bertanya“Ayah dimana?”“Aku masuk generasi ke berapa?”“Apakah ada jaminan hidup di Nusantara?”Tak ada yang menjawab,menafikan keterkejutan mereka masih saja sibuk dengan masingmasing bayi kesal tak di perdulikan pun masuk kembali ke rahim ibu pertiwi,mencari ayah yang tersesat di dalamnya seorang 24 November 2019—–jaesk_____LAHIRNYA SUMUR AIR SUCITendangan kaki bayi kehausan itumengetuk perut bumiDari dalam, sepasang tangan berkilaumenjulurkan kesejukan abadi ke permukaanyang kelak menghapus dahaga bayi itu,juga bayi-bayi di seluruh dunia__________Daratan Tandus, Selepas Pagijauh selepas pagiibu melahirkanku dengan cantiknya rindubeserta setimba air mata surgameremas jemari ayah hinggamewartakan kisah akan fajarjauh selepas pagiibu menggendongku dengan penuh rekahandi ruang berpetak serba putih itutadah purnama yang ranum, telah dimulai—seperempat abadku belum usai2019—–anugrahprasetya_Kau IchaKau akan pergi entah dengan siapa pun beranak-pinaksedang aku tertinggal dengan luka-luka yang melahirkan puisi-puisiakan kumasukkan namamu dalam judul-judulnyaagar kau tak lepas dari tubuhku, walau hanya kenangan dalam kepalakau akan berbahagia entah dengan siapa – di manasedang aku di sini merawat puisi-puisi seperti anak-anak sampai tumbuh dewasaagar kau bisa melihat mereka menjadi tokoh utama di buku-buku yang kau baca atau di koran-koran yang kau pesan setiap pagikau akan menua entah dengan siapasedang aku abadi terkurung di masa lalu bersama tumpukan luka yang belum menjadi puisiJakarta, November 2019Anugrah Prasetya—–lestari_fa82Lahir dan MerasaSeru menderu pijakan langkah pejalanMenarik ulur keringat basah di kening muKau jatuh terpingkal sedang kau letih pada duniaAmarah memuncak menguasai gelak tawa dan candaKau diam bagaikan batu tak lagi bicaraSedang kerasnya batu terkikis jua oleh airKau berhentiKerap kali mendera sukma berkelanaJatuh ke bumi memberi warna bahagiaKau lahirkan simponi penyejuk jiwaKau kembali memanjat dukaHilang hingga tak lagi menepiKau lahirkan lagi semangat yang pernah adaTumbuh mengakar hingga menjulang ke langit angkasaKau torehkan penantian penuh gempita gejolak laraKembali tertawa dan merasaYogyakarta, 24 November 2019—–teguh_maulana2018FenomenaTunggulah besokAku pasti datang semogaAtau hari ini sajaAgar kemarin memang menunggumuDatangnya hari iniTentang esok hariBiarlah sang alam yang melantun sajak kisah kau jawab besok lusaBagaimana ini jadinyaPadahal ide dan asa sudah mengangaTegakah kau beri jeda padakuSedangkan rinduku hangatAkan ada karena dirimu saat ini 24, 2019—–fithrisuffiBenang KusutJelang memintalTelah dirapikan mantraBiduk pun tersampir sewinduRibuan helai benang putusSesajen hilang lenyapPerahu karam di tengah samudraLantas siapa yang terjebak anganJika mampu temukannya di antara benang kusutDia juaranya_______________Jambi, 23 November 2019_______________—–bagus_dwianLahirTerima kasih segala jerih payahmu harga diri demi bangsa mati demi berkibarnya merah putih di bumi kau dengan segala buncah bahagia yang kau kami penerus bangsa yang kau mati, percayalah akan selalu lahir jiwa-jiwa pantang mudi yang mengharumkan nama membawa sang saka berkibar di NKRI bagi kami tetap harga 24 november 2019—– Gerbang Menuju Ada1/Bulan di atas matamu ada dengan segelintir gemerlap. Yang kerap kau ajak bersandiwara maupun bermain petak umpet. Ia ada karena kesedihan dan persimpangan-persimpangan yang masih basah karena air matamu. Hiruk-pikuk berlalu lalang bak serangga di jalan, namun akhirnya akan kembali kosong. Dan setelahnya kau sadari, kesunyiaan terlahir dari keramaian yang pukul 5 di suatu sore, geming-geming mulai berbenturan menyentuh pasang-pasang mata. Gelagak tangismu meramu turunnya hujan dari langit dan netra. Dan akhirnya kau memijaki semesta dari seseorang yang selalu gerbang bagi segala cipta, namun tak sepantasnya kau melupakan gerbang 24 November 2019—– hari ini, bersama syaraf-syaraf mata yang merahSaya belajar menulis puisi dengan air mata tanpa membuatmu basahSaya terus bergentayangan, meminta tumbal sekepal kebahagiaanSepi menjadi siasat isyarat yang sudah melaporkan teka-teki ke saya Jatuh cinta padamu sudah terlalu dalamSampai-sampai saya terbakarDan tak bisa bertemu dengan rindu palsumu 23 November 2019—–syams_xSang BintangBinar memuja bintangPerihal hadir di malam gelapIalah remuk reda yang telah membulatMenjadi asupan padat serbuk-serbuk cahayaDari pedih yang terus menyalaMenganyam kata atau berbuih mimpiSemesta tak akan mensajinyaSinar akan tetap redupTubuh akan tetap membungkukMencumbu tanah di bumi sampai matiAtau bersiap merangkak menuju gugusanSebuah pilihan menikmati kegelapanBersenandung dengan tawa canda kepahitanSang bintang pun menyeruak tampakBersama kelopak asa yang bernama kegigihanBandung, 24 November 2019—– KembaliBerlari aku..jiwa lain dalam diriku bersamamenggasak peliknya hidupBagaimana mungkin kusirnakan???serupa nyawa tak berdiryahmenanti masa menjelma diriBerikan izin untuknya, Tuhan..pun padaku untuk memulai hidup kembaliselepas berselimut kefasikan dahuluPersetan! si jalang pulang kekandangsendiri biarlah kutebus dosa dikemudiankuyakin indah takdir-Mu,Tuhan.. .Bersiaplah aku kini..menanti tangis lahir hidup barukuteman sejati mengukir masa depan .Gunung Sari, Salatiga, 24 Nov ’19—– BERSAMA hadir bual mu, aku kini diringkuk hadir bual mu, aku kini di dekap november lengkap sudah gundah bersama air mata. bukan kah ini sorai bagimu? selamat kau berhasil meruntukan ku. 24,00—–iq_risfandiTapi Yang Paling UtamaDengan seru juga curigaaku melihat rongga terbuka di ujung kepalaada gerakan peristaltik rupanyatapi bukan di saluran cernamelainkan di terowongan curam dalam rahim bundaTangan-tangan cekatanmemuntir ini ubun-ubun mudabetapa asyiknya bagai angkasawanyang meluncur menuju planit aneka warnaledak tangis pertamamenyeruak dari kedalaman palung jiwaada pedih-peri campur bahagiasebab setan mencubit pantat sebulat tekadbait pertama yang dibisikan di daun telingaadalah sebait mahapuisi penggetar jiwa manusiaakan kugaungkan gemuruh itu selama raga belum rungkuhsemenjak kumandang takbir hingga tengokan wabarakatuhtapi yang paling utama aku nenen dulu yahTangerang 24 November—–lembayungmerah88TANGISManusia manusia lahir dalam keadaan berdukaManusia manusia baru, yang menangis memekakkan telinga ketika bertegur sapa dengan dunia baru yang terasa asingMereka bersedih seakan tak rela meninggalkan dunia sebelumnyaYang didalamnya tak akan ada tangis, sebab tak ada duka dan luka yang mampu menghampiriSedikit berbeda dariku, aku bukan lagi manusia baruDuka dan luka dengan leluasa mencabik-cabik tanpa ampunAku meneriakkan tangis, hingga mengosongkan isi dadaDan setelahnya, aku terlahir kembaliBandung, 24 November 2019—–nk_adahSeronaKau serupa cahayaKentaraSudah temukan teka teki bergalaDengan berkelanaBandung 23 November 2019—–miarrafaSajak-sajakku patahTernyata ia lebih rapuh dari sayap laron yang takmenemukan terseok-seok membantuku mencari ini sudah habisdilumat hujan semalamAku mohon pamit, mencari tanah lain untuk tetap bertumbuh.—– dan Diri Saya yang kami bertengkar ; saya dan diri saya yang tidak akan bisa berenang, kau takut kedalaman mata harus tenggelam sesekali supaya mahir menyelami kejujuran bertengkar hebat ; saya dan diri saya yang lain sudah tenggelam begitu dalam, tapi tidak menemukan apa-apa. Kekasih mengapa kau begitu handal menyembunyi ?Bumi, YANG BARAdi risau yang pisau pertanyaanpertanyaan yang baraterbit di matamudan jawabanjawaban yang lahirmenguap di hadapan dadamudengannya kayu jadi abudan batu jadi bara baru.2019—–anugrahprasetya_Mengungkap rahasiaPikiranmu rahasiaSedang aku serupa orang penasaranKata banyak dalam kepalamu ada labirin yang menuju sebuah inti hatiBanyak orang yang datang lalu hilangMenjelma hantudan diceritakan teman-temanmuPikiranmu rahasiaDan aku akan segera mengungkapnyaAku akan bertualangseperti musafir yang tidak tahu esok akan ada apamengunjungi persimpangan bagai labirin yang tak tahu jalan mana menuju intiDi dalam kepalamuKaki-kaki menjelma kepercayaanLangkah adalah keteguhan yang dipilihPikiranmu rahasiaBersiaplah … aku mengetahuinya!—– DAN MENURUNawalnya terasa mudahsemua bisa dilewatikisah ku adalah melengkapitanya dengan pertanyaanrumit untuk dimengertimendatar namun terhalangmenurun lebih menakutkanlagulagu pun nyatanya perlu tangga nadaaku hanya perlu beberapa katanamun kuingin banyak angkamenanjak adalah mendatar yang beranjakpasti ada waktunya juga kau harus turunmeski berat dan ada yang kurangsesekali hatihati lah sambil mengeja ke bawah—–rabakhir5W 1Htubuhku adalah kumpulan keping pertanyaandi kepala terpikirkan tentang siapatangan memegang kapankaki pergi ke manaperut bingung untuk apahati khawatir pada mengapajiwa ragu dengan bagaimanakemudian keping-keping pertanyaan inikau sapukau buangkau bakar“aku tak ingin menghabiskan waktu untukteka-teki yang tidak dapat kupecahkan”ujarmuDepok, November 2019—–jaesk_____SATU MENDATAR LIMA KOTAK, ALASAN MENGAPA AKU TAK INGIN LAGI BERTEMU AJawaban yang kutemukan di otakku selalu terlalu panjang untuk mengisi kotak-kotak kosong yang kautinggalkan di meja tamu pada kali terakhir kau menyambangi rumahkuBeranda, x CODEAku inginmenerjemahkan isi hatidari engkauyang ku cintaiSebab mencintaimu butuhsebuah keahlianuntuk memecahkankodekode terumit yangselalu saja sulituntuk kumengertiBagai menelusurijejak labirin Cicadabuatku linglung tak berdayaPun dengan dirimumemenuhi pikirankudengan banyak tanda tanyaDan tekateki terbesardalam mencintaimu adalahbagaimana bisaku tetap mendamba?Meski berkalikali telahkau torehkan dalamnya lukaKotabumi, 23 November 2019—–teguh_maulana2018MenguapMencari celah dalam keheningan memaksaTerkemuka angka duapuluh tigaSimpul Gordian jadi misteri lamaAtau Cassini di kutub Saturnus tidur telat lagiJati diri terkesan mandiriSelesaikan masalah yang tak kunjung usaiHingga mata sambut mulai sayuTak kuasa tahan rinduDalam napas acak raguHari ini resah waktu itu terjadiUdara di otak butuh improvisasiTanpa sadar dirimu mengikutiKecuali bagi psikopat sendiriItu yang membedakan kita hari di Karanganyar,Nov. 23, 2019—–lembayungmerah88DAN KAUDan masih sajaKau pelaku utamaDari kepingan kepingan puzzle yang berserak di kepalaTak kunjung tersusunTak kunjung terhubungDan sampai akhir cerita iniKau lah tersangkaDari teka teki kosongYang menurun dan mendatarkan hatiTak kunjung ada jawabannyaTak kunjung ada yang mampu menjawabBandung, 23 November 2019—–tintanovela-SEKUMPULAN PUZZLE-Dengarkan aku, Tuan, hidup adalah sekumpulan puzzle. Tuhan mempertemukan kita dengan cara yang ajaib agar kita mampu menjawab teka-teki ada atau kau yang tiada, bukan lah sekehendak kita, Tuhan lah yang Maha andai saja Tuhan menjawab sebagian kecil dari doaku, mau kah kau hidup lebih lama denganku?Menantikan bulan berganti bulan hingga kaktus pemberianmu melahirkan bunga kecil musim berganti musim. Aku ingin melihat ubanmu tumbuh dari celah-celah rambutmu. Memenuhi seluruh ruang di kepalamu itu. Dan kita menua bersama-sama hingga di pisahkan oleh dua liang. Atau kau ingin kita bersama dalam satu liang lahat. Katakan Aku sungguh terlalu banyak bicara pada Tuhan hingga lupa menyelesaikan teka-teki silang yang kau hadiahkan di hari ulang tahunku. Aku lupa harus segera menjawabnya dengan benar. Jika tidak, Tuhan yang akan menjawabnya dengan cara yang paling hidup adalah sekumpulan puzzle, mau kah kau menjadi bagian dari itu untukkuPalu, 2019
Aksaraberasal dari bahasa Sanskerta Secara etimologi asal-mula “aksara’ adalah dari bahasa Sanskerta yang berakar pada kata “a” dan “kshara.” “A” memiliki arti ‘tidak,’ sedangkan “kshara” memiliki definisi “termusnahkan” Dari definisi dua akar-kata di atas, maka arti aksara adalah sesuatu yang kekal, langgeng, ataupun tak termusnahkan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Seberkas rasa berjalan tertatih di bawah matahari yang mendidih. kata gelisah mencari kantong jelaga yang hilang, sedang malam kian muram merambati dinding langit yang tengah mataku merengkuh bayang anak-anak kecil berlari menyeret sebakul masa. Tertawa. Menari sembari memanggul mimpi. Di bawah santun Ratu malam yang sibuk menyulam sinar dalam kelam. Lalu lantun mulai berselisih, tersisih, dan semakin lirih. Kabar tersiar di penjuru negri. Genderang berkumandang! Ada rasa menikahi kata-kata! Dan bahasa mengagumi lidah aksara;"Biar penyair tersesat dalam timbunan jelai pikatan romansa kala," lantang Sang Penyair berderma mengendap, merasuk ke dalam hati. Hening. Lalu melompat. Meledak. Melesat menjadi puisi yang bersanding dengan bintang-bintang. Sebanding dengan ketika hati ingin meneriakan, puisi. Sungguh heran kata-kata seolah menyembunyikan diri di bilik rasa. Akankah melambungkan nada yang mengiringi perjalanan waktu, entah ku tak tahu Aksara tanpa irama. Malu-malu di balik partitur lagu. Bungkam ketika jemari enggan menyentuhnya. Siapakah yang akan menengok padanya ? Sedangkan angin sepoi-sepoi tak hendak mengajak. Sunyi. Sepi. Seolah tersesat di labirin kata yang tiada tinggal penyair. Sendiri. Tertinggal bersama segenggam puisi. 1 2 Lihat Puisi Selengkapnya
Inilahcontoh sambutan /pidato bahasa jawa sebagai wakil sohibul hajjah di acara tahlilan dalam rangka walimatul ursyi . Semoga bermanfaat bagi anda semua Watch Now. Shohibu baiti - kiai kanjeng dan artinya. Klik jempol ke atas, klik subscribe warna merah dan klik share terima kasih.
1. Makna Kata dalam Puisi Puisi dirangkaikan dengan kata-kata. Pilihan kata merupakan unsur penting dalam sebuah puisi. Bahasa puisi atau sastra pada umumnya bersifat konotatif maksudnya mempunyai kemungkinan banyak tafsir. Kata-kata dalam puisi memiliki kemampuan menggugah berbagai asosiasi perasaan, misalnya haru, benci, belas kasihan, mesra, dan sebagainya. Setiap kata mengandung jentikan emosi dan membangun rasa yang sifatnya sangat pribadi. Bahasa konotatif yang sifatnya mendukung emosi/perasaan pengutaraannya berhubungan erat dengan suasana jiwa. Ungkapan kata-kata dalam bahasa konotatif tidak hanya memiliki makna, tetapi juga berisi simbol-simbol. Bahasa konotatif tidak hanya mementingkan arti, tetapi mementingkan bobot dan gaya, serta keluasan tafsiran. Klimaks bahasa konotatif ini terlihat dalam bentuk puisi. Kata-kata merupakan alat yang paling komunikatif bagi penyair untuk mengutarakan getaran pikiran dan gejolak perasaannya. Setiap sentuhan, setiap situasi, setiap timbul rasa kagum, rasa benci, cinta, ngeri, dan lain-lain, dicoba diungkapkan dengan kata-kata. Puisi merupakan bahasa perasaan, bahasa cinta dan benci, bahasa berahi, bahasa jiwa, pikiran, dan kemanusiaan bagi seorang penyair. Melalui puisi, penyair berusaha agar apa yang dikandung dalam perasaan dan pikirannya dapat terwakili. Dapat dikatakan, puisi merupakan duta perasaan dan pikiran sang penyair. Karena kata memegang peranan penting dalam sebuah puisi, maka setiap penyair berusaha menggunakan setiap kata seintensif mungkin. Setiap kata selain harus mampu mengutarakan pikiran, ia pun harus mampu mengantarkan perasaan. Kata yang dipilih harus pula mampu memindahkan situasi yang ditangkap pancaindera. Kalau penyair ingin mengutarakan rasa sedih, dendam, cinta, gelisah, tertekan-tekan, dan lain-lain misalnya, maka rasa itu tidak hanya cukup diketahui pembaca, tetapi harus pula dapat dirasakan. Dalam hal ini dituntut kemampuan penyair menggunakan kata-kata. Bahasa puisi seperti sudah dijelaskan sebelumnya pada umumnya bersifat konotatif. Ia terdiri dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang suprarasional. Ia mampu menggugah bermacam-macam asosiasi perasaan. Namun, untuk dapat menyingkapkan makna sebuah puisi sebaik-baiknya, memahami makna lugas atau memahami makna denotatif terlebih dahulu, dapat membantu memahami makna utuh dari sebuah puisi. Tanpa memahami makna lugas dari sebuah puisi, kita dapat terseret jauh-jauh ke penafsiran yang keliru. Dengan memahami makna lugas sebaik-baiknya, akan dapat menumbuhkan berbagai pertanyaan tentang makna utuh dari sebuah puisi. Selanjutnya, cobalah Anda baca dengan teliti contoh sajak di bawah ini Karangan Bunga Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke Salemba Sore itu Ini dari kami bertiga Pita hitam pada karang bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati Siang tadi Taufik Ismail, Tirani Makna lugas dari sajak Taufik di atas dapat dengan mudah kita tangkap. Pada suatu sore, dengan langkah malu-malu, tiga anak kecil datang ke Salemba, ke tempat kakak-kakak mereka. Mereka kemudian menyerahkan karangan bunga berpita hitam sebagai tanda ikut berduka cita bagi salah seorang kakak mereka yang ditembak mati siang itu. Makna lugas di atas akan menumbuhkan berbagai pertanyaan kalau kita membaca kembali sajak di atas dengan teliti. Apakah makna sajak di atas semata-mata seperti yang kita tafsirkan di atas ? Apakah masih ada makna lain yang belum kita ungkapkan ? Pertanyaan ini timbul dalam usaha memahami sajak tersebut seutuhnya. Sajak "Karang Bunga" di atas lahir waktu terjadi perlawanan terhadap orde lama yang dipelopori oleh mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam KAMI dan KAPPI. Sajak di atas dipersembahkan Taufik kepada martir KAMI dan KAPPI yang tersungkur ke bumi ketika menegakkan keadilan dan kebenaran. Tiga anak kecil dalam langkah malu-malu datang ke Salemba. Salemba UI merupakan pusat perjuangan pada waktu itu dan yang tersungkur adalah mahasiswa yang akhirnya menjadi pahlawan Amanat Penderitaan Rakyat AMPERA. Tiga anak kecil menyatakan ikut berduka cita mempersembahkan karangan bunga berpita hitam. Hal ini menggambarkan bahwa seluruh lapisan masyarakat dan anak-anak muda usia, mahasiswa, pelajar, bahkan taman kanak-kanak pun ikut serta dalam barisan perjuangan KAMI/KAPPI dalam mendobrak ketidak-adilan. Pemahaman makna lugas dalam sajak di atas membantu kita memaksa makna utuh puisi tersebut. Untuk menambah pemahaman Anda tentang makna lugas dan makna utuh dari sebuah puisi, coba Anda baca secara teliti contoh puisi di bawah ini Hari Tuaku Apabila hari tuaku tiba, kelak suatu masa Kacamata tebal atas hidung, bersenandung Menembangkan lelakon lama. Lalu tersenyum Memandang bayangan atas kaca jendela Yang putih warnanya, sampai pun alis, bulu mata. Maka nama Mu kan kusebut dengan bibir gemetar Bagai ayat kitab suci, tak sembarang boleh terdengar Namun kala itu yang empunya nama entah di mana Apakah lagi menyulan, duduk bungkuk atas kursi rotan Ataukah sedang meminang cucu, mungkin pula telah lain Aman berbaring dalam tilam penghabisan. Dan pabila giliranku tiba, terlentang Dengan kedua belah tangan bersilang Sebelum Sang Maut menjemput Sekali lagi nama Mu kan kusebut, lalu diam. Mati. Ajip Rosidi, Jeram Bagaimana pula makna lugas dari sajak Ajip tersebut di atas ? Pertama-tama kita akan menangkap secara keseluruhan, yaitu gambaran dari orang-orang pada hari tuanya. Dengan membacanya lebih teliti lagi larik demi larik, dan memahami makna kata dalam tiap larik, gambaran makna sajak itu mungkin makin jelas. Dengan memahami makna harfiah tiap kata dalam larik akan membantu kita memahami makna utuh dari sajak tersebut. Cobalah Anda gambarkan tentang hari tuaku tersebut dengan menggunakan beberapa kata untuk melihat pertalian larik dan bait sajak tersebut. Hari Tuaku Apabila hari tuaku sudah tiba, kelak pada suatu masa kaca mata tebal akan ada di atas hidung, dan bersenandung menembangkan kenangan lama Lalu tersenyum sendiri, memandang bayangan di atas kaca mata jendela yang serba putih, sampai -sampai alis dan bulu mata pun putih waktu itu nama-Mu selalu kusebut dengan bibir gemetar, seperti membaca ayat kitab suci, tidak boleh salah. Namun, pada waktu itu mungkin di antara kami ada yang sedang menyulam atau duduk bungkuk, di atas kursi rotan atau sedang meminang cucu, atau mungkin pula sudah lama meninggal. Dan apabila giliranku tiba, terlentang dengan kedua belah tangan bersilang, sebelum maut datang menjemput, aku aku menyebut nama-Mu, dan barulah mati. Anda dengan mudah memprafrasekan puisi di atas, dengan bantuan beberapa kata sendiri di samping memahami makna lugas dari setiap kata. Namun, apakah ada makna lain yang belum kita pahami di samping makna lugas di atas ? Jika Anda baca dengan sungguh-sungguh, ada kata-kata atau frase tertentu yang menimbulkan imaji tertentu. Misalnya kaca mata tebal atas hidung, bayangkan atas mata yang putih, sampai alis dan bulu mata, menyulam, duduk bungkuk di atas kursi rotan, berbaring dalam tilam penghabisan, kedua belah tangan bersilang, menjelmakan imaji tingkah laku manusia dan dapat menggugah imaji penglihatan pembaca. Jaringan imaji sebagai sebuah lukisan, benar-benar terasa hidup karena kekonkretan lukisan orang yang sudah tua, yang berkaca mata tebal, duduk bungkuk di atas kursi rotan menyulam, dan sebagainya. Penuangan pengalaman penyair, pengalaman indra maupun pengalaman nalar yang diungkapkannya dengan bahasa yang khas, dengan pengimajian, pengiasan, pelambangan akan menggugah pengalaman kita untuk menangkapnya secara konkret. Dengan kata lain menggugah indra dan nalar kita. Indra pendengaran dan penglihatan kita pun tergugah dengan lukisan penyair, nama-Mu kusebut dengan bibir gemetar, sekali lagi nama-Mu kusebut lalu diam. Kalau kita lihat hubungan antara imaji dengan imaji jaringan imaji, jaringan ini juga melambangkan sesuatu, bukan hanya sekedar lukisan. Melalui pelambangan Ajip menggambarkan perjuangan umat manusia, perjuangan untuk mencapai hidup yang survive untuk sampai pada hari tua yang diidamkan, yang penuh ketenangan. Dalam sajaknya "Hari Tuaku", Ajip melukiskan bagaimana kehidupan di hari tua yang diidam-idamkannya, yang penuh ketenangan dan kedamaian, dan yang selalu berada dan ingat terhadap Tuhan. Inilah makna utuh dari sajak Ajip di atas. Jadi, makna sebuah sajak ialah makna secara keseluruhan, tersurat maupun tersirat, yang terjelma karena adanya hubungan saling menentukan antara pengimajian, pengiasan, dan pelambangan Effendi, 1982. Memahami makna utuh dari sebuah sajak berarti secara aktif dan intensif kita berusaha menyalami dan memahami apa yang hendak dikatakan penyair, serta bersifat kebenaran yang diungkapkan itu. Keseimbangan antara perasaan nikmat dan perenungan perlu tetap dipelihara walau kita memahami makna utuh sebuah sajak. Kita tidak boleh hanya terhanyut oleh perasaan kita waktu menikmati sebuah sajak, tetapi nalar dan pikiran kita juga harus bekerja. Dengan demikian kita dapat memahami nilai-nilai kehidupan yang diungkapkan penyair, baik secara tersirat maupun tersurat, karena untuk memahami nilai-nilai tersebut dituntut pemikiran, penalaran, dan kesanggupan.
50+ Puisi Tentang Hujan – Sedih, Bahagia, Cinta, Sahabat, Rindu dan lainnya. Puisi Hujan – Hujan adalah peristiwa jatuhnya air dari atmosfer. Seringkali fenomena ini dijadikan inspirasi untuk menciptakan puisi yang indah. Puisi tentang hujan bisa menjadi media ungkapan perasaan yang sedang dialami penulisnya.
kataitu dituliskan dalam aksara Bugis akan menjadi / me-lo-ka-ri-di/. Rangkaian huruf ini bisa juga dibaca mélo’ ka ridi yang artinya ‘aku mencintaimu’. Tiga lapis sarung itu bisa diuraikan lebih rinci seperti berikut; sarung pertama, mengenali frase yang menyimpan kiasan atau sampiran dan bunyi. Dalam puisi di atas, setiap barisnya
Seberapajauh aku melangkah, seberapa jauh jarak di antara aku dan kamu, mata ini masih saja tertuju pada satu wajah. Meskipun, hanya bisa memandangimu melalui layar, seolah aku dekat denganmu. Andai saja aku bisa mengarungi lautan lepas itu, terbang melewati pulau-pulau itu, atau berlari sekencang angin, kita bisa segera bertemu dan bertatap
Seringkali aku menjerit dalam mimpi Kata-kata itu seringkali muncul dalam mimpi. Aku takut seperti embun yang pudar sebelum pagi berlalu Sebab kebodohan akan datang ketika kita membutakan aksara. Seketika ayah menghampiriku lalu menepuk pundakku dan berkata. Pergilah nak.. Belajarlah mematikan aksara agar kelak engkau tak dibutakan olehnya
SQqd. hvl4ro5e7y.pages.dev/334hvl4ro5e7y.pages.dev/307hvl4ro5e7y.pages.dev/314hvl4ro5e7y.pages.dev/424hvl4ro5e7y.pages.dev/360hvl4ro5e7y.pages.dev/200hvl4ro5e7y.pages.dev/399hvl4ro5e7y.pages.dev/430
arti kata aksara dalam puisi